Rumah makan Padang cukup sukses eksis di se-antero Indonesia. Rumah makan dengan menu khas Padang yang bersantan ini cukup digemari banyak orang. Sampai-sampai, banyak yang buka sampai 24 jam penuh. Kenikmatan menunya memang menggugah selera. Wajar jika rendang – salah satu menu masakan Padang – terpilih sebagai salah satu makanan terenak sedunia.
Nah, di Belanda pun kini juga ada rumah makan Padang. Sekali pun banyak rumah makan ala Indonesia di sana, yang khusus memberikan menu masakan Padang masih sangat jarang. Adalah Erita Lubeek yang mendirikan restoran Salero Minang di kota Den Haag. Dia berani nekat membuka restoran yang mungkin belum lazim di sana.
Karena alasan “lidah”, Erita pun tidak serta merta menyajikan menu dengan citarasa murni Padang. Dia juga membuat menu yang menyesuaikan dengan selera orang Belanda. Mereka kurang suka pedas dan banyak bumbu. Akhirnya, dibuatlah dua jenis menu masakan yang berbeda dari sisi peracikannya.
“Satu, saya sebut Sami (salero Minang), dan kedua, Saba (salero Belanda). Saba di sini artinya juga sama dengan arti ‘sabar’ dalam bahasa Minang. Kita haruslah sabar mengubah makanan kita itu, agar rasa itu dicoba pelan-pelan oleh orang Belanda,” kata Erika seperti dikutip Radio Netherland.
Meski saat ini Erika masih diliputi krisis percaya diri, namun dia bertekad tetap memajukan restorannya. Dari sisi penampilan restoran, memang belum menarik. Tapi, dia berusaha memberikan citarasa yang mengena. Buktinya, Erika berani menggelar Bazaar Padang Food untuk mengenalkan makanannya. Promosi sudah dilakukannya via online dan getok tular untuk menghindari pajak reklame yang cukup besar di Belanda.
“Kalau indak awak, sia lai. Kalau indak kini, bilo lai,” ujarnya optimis. Kira-kira artinya, “”Kalau tidak dari kita, dari siapa lagi. Kalau bukan saat ini, kapan lagi.”
sumber